I.
A. PENGERTIAN DAN ARTI
PENTING KOMUNIKASI
Komunikasi adalah
suatu proses atau kegiatan penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain
untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia.
Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi,
interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi
tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila
masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi dilakukan manusia baik
secara perorangan, kelompok, atau organisasi.
Sebagai
makhluk sosial, kita tidak bisa menghindar dari tindakan komunikasi
menyampaikan dan menerima pesan dari dan ke orang lain. Tindakan komunikasi ini
terus menerus terjadi selama proses kehidupannya. Prosesnya berlangsung dalam
berbagai konteks baik fisik, psikologis, maupun sosial, karena proses
komunikasi tidak terjadi pada sebuah ruang kosong. Pelaku proses komunikasi
adalah manusia yang selalu bergerak dinamis. Komunikasi menjadi penting karena
fungsi yang bisa dirasakan oleh pelaku komunikasi tersebut. Melalui komunikasi
seseorang menyampaikan apa yang ada dalam benak pikirannya dan perasaan hati
nuraninya kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui
komunikasi seseorang dapat membuat dirinya tidak merasa terasing atau
terisolasi dari lingkungan di sekitarnya.
FUNGSI KOMUNIKASI
Fungsi
Komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy:
1. Menginformasikan
(to inform)
Adalah
memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai
peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta
segala sesuatu yang disampaikan orang lain.
2. Mendidik (to
educated)
Adalah
komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat
menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain
mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
3. Menghibur (to
entertain)
Adalah
komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan
mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang
lain.
4. Mempengaruhi
(to influence)
Adalah
fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha
saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha
merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.
Fungsi
Komunikasi menurut William I Gordon:
1. Komunikasi
Sosial
Fungsi
komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi
itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan.
Komunikasi
sosial penting untuk:
1.
Konsep diri, yaitu pandangan kita mengenai siapa
diri kita sendiri dan itu hanya bisa kita peroleh melalui informasi yang
diberikan orang lain kepada kita.
2.
Eksistensi diri. Dengan berkomunikasi, kita
dapat menunjukkan eksistensi diri kita atau aktualisasi diri.
3.
Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan
memperoleh kebahagiaan.
2.
Komunikasi Ekspresif
Komunikasi
ekspresif dapat dilakukan sendirian maupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif
dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan
perasaan atau emosi kita. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan
mempengaruhi orang lain. Perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui
pesan-pesan non verbal.
1.
Komunikasi Ritual
Komunikasi
ritual sering dilakukan secara kolektif. Mereka yang berpartisipasi dalam
bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan komitmen mereka kepada tradisi
keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama.
2.
Komunikasi Instrumental
Komunikasi
instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, antara lain menginformasikan,
mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau
menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur.
KARAKTERISTIK/TATANAN
KOMUNIKASI
Komunikasi
selalu muncul dalam konteks, yakni dalam suatu setting atau situasi tertentu.
Secara teoretis, konteks komunikasi dapat dibagi dengan berbagai cara,
tergantung kategori yang kita gunakan. Misalnya, berdasarkan kategori jenis
muatan pesan, komunikasi dapat dibagi atas komunikasi politik, komunikasi
bisnis, komunikasi kesehatan, komunikasi sosial, dan sebagainya.
Dilihat
dari jumlahnya, komunikator atau komunikan dapat dibedakan atas satu orang,
banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, atau organisasi), dan massa. Maka
berdasarkan kategori jumlah manusia yang terlibat di dalamnya, komunikasi dapat
terjadi dalam bentuk antarpribadi, kelompok, organisasi, massa dan antarbudaya.
Namun, sebelum terjadi komunikasi antarpribadi, terjadi komunikasi di dalam
diri komunikator, yang kita sebut komunikasi intrapribadi. Penggolongan
berdasarkan hal ini kita sebut tataran komunikasi. Berikut ini adalah
pembahasannya:
1. Komunikasi
Intrapribadi (intrapersonal communications)
Komunikasi
intrapribadi adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri komunikator atau
lazim disebut komunikasi dengan diri sendiri. Misalnya, Anda bertanya kepada
diri sendiri, “Dalam situasi ini, apa yang sebaiknya saya lakukan?” Dalam
komunikasi intrapribadi, Anda bertindak sebagai komunikator dan sekaligus
komunikan, orang kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Komunikasi
intrapribadi merupakan dasar komunikasi antarpribadi. Ketika berbicara dengan
orang lain, sesungguhnya Anda telah merampungkan suatu proses berkomu-nikasi dengan
diri sendiri, “Apa yang ingin saya tanyakan? Pesan apa yang akan saya
sampaikan? Bagaimana sebaiknya cara menyampaikannya?” Proses ini berlangsung
dengan cepat, nyaris tanpa disadari lagi, kecuali ketika Anda pertama kali
belajar berbicara atau pertama kali menggunakan bahasa asing yang belum terlalu
Anda kuasai. Dengan selesainya komunikasi intrapribadi, di mana manusia
melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan pesannya, maka ia masuk pada
tataran komunikasi antarpribadi.
2. Komunikasi
Antarpribadi (interpersonal communications)
Komunikasi
antarpribadi dapat terjadi dalam kon-teks satu komunikator dengan satu
komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator dengan dua
komunikan (komunikasi triadik: tiga orang). Lebih dari tiga orang biasanya
dianggap komunikasi kelompok. Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara
tatap muka atau menggunakan media komunikasi antarpribadi (nonmedia massa),
seperti telepon. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator relatif cukup
mengenal komunikan, dan sebaliknya, pesan dikirim dan diterima secara simultan
dan spontan, relatif kurang terstruktur, demikian pula halnya dengan umpan
balik yang dapat diterima dengan segera. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi
berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus
dipertukarkan, karenanya dikatakan bahwa kedudukan komunikator dan komunikan
relatif setara. Proses ini lazim disebut dialog, walaupun dalam konteks
tertentu dapat juga terjadi monolog, hanya satu pihak yang mendominasi percakapan.
Efek komunikasi antarpribadi paling kuat di antara tataran komunikasi lainnya.
Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah
laku (efek konatif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan nonverbal,
serta segera merubah atau menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik
negatif.
3. Komunikasi
Kelompok (group communications)
Apabila
jumlah pelaku komunikasi lebih dari tiga orang, cenderung dianggap komunikasi
kelompok kecil atau lazim disebut komunikasi kelompok saja. Sedangkan
komunikasi kelompok besar biasa disebut sebagai komunikasi publik. Jumlah
manusia pelaku komunikasi dalam komunikasi kelompok, besar atau kecilnya, tidak
ditentukan secara matematis, melainkan tergantung pada ikatan emosional antar
anggotanya. Dalam komunikasi kelompok, komunikator relatif mengenal komunikan,
dan demikian juga antarkomunikan. Bentuk komunikasi kelompok kecil misalnya
adalah pertemuan, rapat, dan lainlain. Komunikasi kelompok kecil pasti
melibatkan komunikasi antarpribadi, sehingga teori komunikasi antarpribadi juga
berlaku di sini. Umpan balik dapat diterima dengan segera, menentukan
penyampaian pesan berikutnya. Namun, pesan relatif lebih terstruktur daripada
komunikasi antarpribadi, bersifat formal maupun informal. Komunikasi kelompok
sering kita temui dalam keluarga, tetangga, teman dan kerabat, atau kelompok
diskusi. Komunikasi kelompok dapat terjadi di dalam kelompok dan juga
antarkelompok.
4. Komunikasi
dalam Organisasi
Komunikasi
organisasi terjadi di dalam organisasi maupun antarorganisasi, bersifat formal
maupun informal. Semakin formal sifatnya, semakin terstruktur pesan yang
disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi:
komunikasi ke atas, ke bawah, maupun horizontal. Sedangkan komunikasi informal
adalah yang terjadi di luar struktur organisasi. Karenanya, komunikasi
organisasi melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi, komunikasi
intrapribadi, dan terkadang komunikasi publik juga muncul di dalamnya.
5. Komunikasi
Massa
Komunikasi
massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis
yang luas, namun punya perhatian dan minat terhadap isu yang sama. Karena itu,
agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, maka digunakan media
massa seperti surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Dalam tataran
komunikasi ini, komunikator dan komunikan serta antarkomunikan relatif tidak
saling kenal secara pribadi, anonim, dan sangat heterogen. Komunikator dapat
berbentuk organisasi (misal, tim redaksi, atau LSM yang menyatakan protes
terhadap sesuatu). Pesan pesannya relatif bersifat umum, disampaikan secara
serentak dan sangat terstruktur. Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif
tidak ada atau bersifat tunda. Komunikator cenderung sulit mengetahui umpan
balik komunikan dengan segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus
dilakukan survei atau penelitian. Di dalam komunikasi massa terjadi pula
komunikasi organisasi, komunikasi kelompok besar atau pun kecil, komunikasi
antarpribadi, dan komunikasi intrapribadi.
6. Komunikasi
Antarbudaya (intercultural communication)
Komunikasi antarbudaya terjadi apabila sebuah pesan (message)
yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk
konsumsi anggota dari budaya yang lain.
Definisi
lain bahwa proses komunikasi antarbudaya merupakan interaksi antarpribadi dan
komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi
antarbudaya menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi apabila terdapat
dua budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses
komunikasi.
II.
A. TEORI
- TEORI ARTI KEPEMIMPINAN
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1. Great Man Theory Teori ini mengatakan bahwa pemimpin
besar (great leader) dilahirkan, bukan dibuat (leader are born, not made).
Dilandasi oleh keyakinan bahwa pemimpin merupakan orang yang memiliki
sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan dengan kualitas istimewa yang dibawa
sejak lahir dan ditakdirkan menjadi seorang pemimpin di berbagai macam
organisasi. Orang yang memiliki kualitas dapat dikatakan orang yang sukses dan
disegani oleh bawahannya serta menjadi pemimpin besar.
2. Teori Sifat Teori sifat kepemimpinan membedakan pada
pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai
sifat dan karakteristik pribadi masing-masing. Pada teori ini bertolak dari
dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat
atau ciri-ciri yang dimilikinya. Atas dasar pemikiran tersebut, timbul anggapan
bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh
kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat atau ciri-ciri di dalam dirinya. Seorang
pemimpin akan sukses atau efektif apabila dia memiliki sifat-sifat seperti
berani bersaing, percaya diri, bersedia berperan sebagai pelayan orang lain,
loyalitas tinggi, intelegensi tinggi, hubungan interpersonal baik, dan lain
sebagainya.
3. Teori Perilaku Teori perilaku disebut juga dengan
teori sosial dan merupakan sanggahan terhadap teori great man. Pemimpin itu
harus disiapkan, dididik dan dibentuk tidak dilahirkan begitu saja (leaders are
made, not born). Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan
dan pendidikan serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak menekankan
pada sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi
memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi
orang lain dan hal ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing. Dasar
pemikiran pada teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang
individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian
tujuan. Teori ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola
tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) seorang pemimpin. Alasannya
sifat seseorang relatif sukar untuk diidentifikasikan.
4. Teori Kepemimpinan Situasional Teori kepemimpinan
situasional adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menganjurkan
pemimpin untuk memahami perilaku bawahan, dan situasi sebelum menggunakan
perilaku kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini menghendaki pemimpin untuk
memiliki kemampuan diagnosa dalam hubungan antara manusia (Monica, 1998). Teori
ini muncul sebagai reaksi terhadap teori perilaku yang menempatkan perilaku
pemimpin dalam dua kategori yaitu otokratis dan demokratis. Dalam teori ini
dijelaskan bahwa seorang pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel
situasional. Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji kepemimpinan dari
beberapa variabel yang mempengaruhi perilaku akan memudahkan menentukan gaya
kepemimpinan yang paling cocok. Teori ini menitikberatkan pada berbagai gaya
kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Keefektifan
kepemimpinan tidak tergantung pada gaya tertentu terhadap suatu situasi, tetapi
tergantung pada ketepatan pemimpin berperilaku sesuai dengan situasinya.
Seorang pemimpin yang efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika
situasi dan menyesuaikan kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada.
Penyesuaian gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri
kepemimpinan dan perilaku karena tuntunan situasi tertentu.
5. Teori Kepemimpinan Karismatik Dalam teori ini
para pengikut memiliki keyakinan bahwa pemimpin mereka diakui memiliki
kemampuan yang luar biasa. Kemampuan mempengaruhi pengikut bukan berdasarkan
pada tradisi atau otoritas formal tetapi lebih pada persepsi pengikut bahwa
pemimpin diberkati dengan bakat supranatural dan kekuatan yang luar biasa. Di
mana kemampuan yang luar biasa tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang
tertentu dan tidak semua orang memilikinya. Seorang pemimpin dianggap orang
yang lebih tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Karisma berasal dari
bahasa Yunani yang memiliki arti “berkat yang terinspirasi secara agung” atau
”pemberian tuhan”. Seperti kemampuan melakukan keajaiban atau memprediksikan
peristiwa masa depan. Para pemimpin akan lebih dipandang sebagai karismatik
jika mereka membuat pengorbanan diri, mengambil resiko pribadi dan mendatangkan
biaya tinggi untuk mencapai visi yang mereka dukung. Kepercayaan terlihat
menjadi komponen penting dari karismatik dan pengikut akan lebih mempercayai
pemimpin yang kelihatan tidak terlalu termotivasi oleh kepentingan pribadi
daripada oleh perhatian terhadap pengikut. Yang paling mengesankan adalah
seorang pemimpin yang benar-benar mengambil resiko kerugian pribadi yang cukup
besar dalam hal status, uang posisi kepemimpinan atau keanggotaan dalam
organisasi. Menurut Weber (1947), karismatik terjadi saat terdapat sebuah
krisis sosial, seorang pemimpin muncul dengan sebuah solusi untuk krisis itu,
pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu. Mereka mengalami beberapa
keberhasilan yang membuat visi tersebut dapat terlihat, dapat dicapai dan para
pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang luar biasa.
Menurut pendapat saya Pada dasarnya setiap orang mempunyai jiwa pemimpin entah
itu didalam keluarga maupun di dalam organisasi. Karna pemimpin merupakan
sesuatu yang wajib dalam kehidupan agar kehidupan menjadi teratur dan keadilan
bisa ditegakkan, sehingga tidak berlaku hukum rimba. Tugas seorang pemimpin
adalah memahami dan menangani situasi kondisi, juga memotivasi dan mendorong
anggotany lebih baik. Pemimpin yang baik akan menjadi panutan bagi anggotanya.
B. Tipologi
Kepemimpinan
Dalam
praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe
kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut (Siagian,1997).
1. Tipe
Otokratis.
Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata,
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2. Tipe
Militeristis
Perlu
diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe
militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih
sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada
pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya,
Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe
Paternalistis.
Seorang
pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang
memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
4. Tipe
Karismatik.
Hingga
sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang
pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai
daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat
menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya
pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik,
maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan
kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak
dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang
kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy
adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada
waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak
dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
5. Tipe
Demokratis.
Pengetahuan
tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah
yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha
mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu
tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat
kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
Secara
implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal
yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal,
alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang
demokratis.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Pemimpin
memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompok.
Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin.
Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin.
Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Menurut
Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan adalah
1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin,
yang disebut pemimpin (leader).
2. Adanya
orang lain yang dipimpin
3. Adanya
kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan
pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4. Adanya
tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di dalam
organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepemimpinan Davis menyimpulkan ada empat faktor yang
mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
• Kecerdasan
: seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para anggotanya •
Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary and breadth) : seorang pemimpin
biasanya memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan
yang ckup matang
• Motivasi
dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and achievement drives) : dalam
diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan dorongan untuk mencapai
suatu tujuan
• Hubungan
manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para anggotanya
Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan dengan
pimpinan bersifat saling mempengaruhi.
Implikasi manajerial Kepemimpinan dalam organisasi
Teori
Managerial Grid
Teori
dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi
dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”.
Pada dasarnya teorimanagerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang
didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
Improvised
artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan
tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
Team yaitu
kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung
kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen.
Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling
memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan
penghargaan.
Task artinya
pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan
organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Implikasi
Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam teori
manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus
pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan
antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai
seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap
bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik.
Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori
ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima
gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek
tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan
hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan
tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan
baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset
berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki
pendekatan perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut
Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang
paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua
kepentingan yaitu pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team
berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh
kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam
kepemimpinan gaya team terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi
dalam pengambilan keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk
memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat dicapai.
Komentar
Posting Komentar